Selasa, 14 Juni 2016




Assalamu'alaikum .....
 Kembali lagi dengan saaya mike sendiri, saya di sini akan menjelaskan dan mengiringi anda saya belajar tentang blog.:) terimakasih tentang motivasi selama bapak mengar di semester 2 dan akhirnya kami sudah cukup paham ya :) . terimakasih juga atas dukungan sahabat aku .:)

LINGUISTIK TERAPAN
Veröffentlicht: Januar 3, 2014 in Angewandte der Linguistik0
Pengertian Linguistik Terapan
Kata terapan/menerapkan, berpadanan dengan to apply, yang artinya Memakai atau Menggunakan bisa juga dimaknai menginjak, mempergunakan, dan mengerahkan. Makna kata Applied = put to practical use. Dari kata applied lahir gabungan kata applied linguistic yang sepadan dengan linguistic terapan.
Linguistik terapan adalah terapan ilmu bahasa dalam bidang praktis. Ilmu ini dapat dipandang sebagai disiplin baru yang dapat berkembang dan diakui keberadaannya. Penulis menganggap bahwa linguistik terapan sudah merupakan suatu disiplin ilmu yang memenuhi berbagai fungsi bahasa dan memiliki dasar ilmu yang saling berkaitan, serta terbuka, sehingga dapat dikatakan bahwa leksikografi, penerjemahan, patologi, dan terapi wicara adalah bagian dari Linguistik terapan. Khusus dalam bidangpengajaran bahasa penulis menyarankan bahwa seorang guru hendaknya dibekali dengan bekal ilmu yang cukup, mencakup ilmu bahasa itu sendiri dan kemampuannya mengajarkan bahasa. Linguistik terapan menjembatani antara ahli bahasa, peneliti bahasa, dan pelaksana di lapangan, yaitu guru bahasa.
Linguistik terapan juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis. Linguistik terapan dapat juga dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan-peroalan praktis yang banyak sangkut pautnya dengan bahasa. Jadi, linguistik hanya dipakai sebagai alat. Misalnya, dalam pengajaran bahasa, linguistik dapat di manfaatkan untuk mengajarkan bahasa agar perolehan anak akan lebih meningkat.
Adapun objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai (1) sistem komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; (2) bahasa keseharian manusia, (3) bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan an ordinary language atau a natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.
B. Bidang-bidang Linguistik Terapan
Linguistik Terapan (appllied linguistics) mencakup bidang: pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikologi, fonetik terapan, sosiolinguistik terapan, pembinaan bahasa internasional, pembinaan bahasa khusus, linguistik medis, mekanolinguistik. Penjelasanya sebagi berikut:
  1. Pengajaran bahasa, mencakup metode-metode pengejaran bahasa, ucapan bunyi-bunyi dengan pelajaran bahasa, strategi, model, dan cara-cara pengajaran bahasa.
  2. Penerjemahan, mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa yang lain.
  3. Leksikologi, mencakup metode dan teknik penyusunan kamus.
  4. Fonetik terapan, mencakup metode dan teknik pengucapan bunyi-bunyi dengan tepat, misalnya untuk melatih orang yang gagap, untuk melatih pemain drama dan sebagainya.
  5. Sosiolinguistik terapan, mencakup pemanfaatan wawasan sosiolinguistik untuk keperluan praktis, seperti perencanaan bahasa, pembinaan bahasa, pemberantasan buta aksara, dan sebagainya.
  6. Pembinaan bahasa internasional, mencakup usaha untuk menciptakan komunikasi dan saling pengertian internasional dengan menyusun bahasa buatan.
  7. Pembinaan bahasa khusus, mencakup penyusunan istilah dan daya bahasa dalam bidang-bidang, antara lain dalam militer, dalam dunia penerbangan, dalam dunia pelayaran.
  8. Linguistik medis, mambantu bidang patalogi dalam hal penyembuhan cacat.
  9. Mekanolinguistik, mencakup penggunaan linguistik dalam bidang komputer dan usaha untuk membuat mesin penerjemah, usaha pemanfaatan komputer dalam penyelidikan bahasa.
Kajian linguistik terapan merupakan salahsatu bagian dari kajian linguistik interdisipliner. Kajian interdisipliner tersebut antara lain sebagai berikut:
  1. Filsafat bahasa, adalah kajian yang mengupas kodrat kedudukan bahasa manusia dalam hubungannya dengan filsafat dan peranan melahirkan pemikiran filsafat.
  2. Psikolinguistik, adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan prilaku serta akal budi manusia atau ilmi interdisipliner linguistik dengan psikologi.
  3. Etnolinguistik, adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan. Bidang ini disebut juga linguistik antropologi.
  4. Fonetik, adalah bagian dalam ilmu linguistik yang mempelajari tentang bunyi yang diproduksi oleh manusia.
  5. Stilistika, adalah salah satu bagian dalam ilmu linguistik yang mempelajari tentang gaya bahasa.
  6. Sosiolinguistik, adalah salahsatu bagian dalam linguistik yang membahas tentang hubungan antara bahasa dengan masyarakat pemakainya.
  7. Semiotika, adalah bagian dalam ilmu linguistik yang membahas tentang produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi.
  8. Epigrafi, adalah salahsatu bagian dalam ilmu linguistik yang berusaha meneliti benda-benda tertulis yang berasal dari masa lampau. Salah satu contohnya adalah prasasti.
  9. Filologi, adalah bagian dalam ilmu linguistik yang mempelajari naskah-naskah manuskrip, biasanya dari zaman kuno.
C. Hubungan Linguistik terapan dengan Pembelajaran Bahasa
Kaitan antara linguistik terapan dan pengajaran bahasa, Soenardji menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah atas berbagai gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan sintaktis diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa.
Menurut Basiran (1999) tujuan pembelajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan pembelajar dalam berkomunikasi di berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Hasil pembahasan akademik dan hasil penelitian yang punya bobot teoritik kebahasaan ditransfer menjadi dalil-dalil pemandu pemakaian bahasa yang baik dan benar melalui kegiatan pendidikan bahasa. Kalau kita umpamakan linguistik dan pengajaran sebagai dua kutub, maka antara dua kutub itu perlu adanya penyambung yang dapat melayani keduanya dengan sebaik-baiknya.
Sarana pelayanan itu adalah suatu disiplin baru yang disebut linguistik terapan. Bagi kepentingan pengajaran bahasa, linguistik terapan tersebut memusatkan perhatiannya pada:
  • Butir-butir teoritik yang mempunyai keabsahan kuat dalam linguistik, dan;
  • berbagai kemungkinan dan alternatif untuk memandu pelaksanaan pengajaran bahasa.
Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disebutkan sebagai berikut:
  1. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik bila diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat.
  2. Pembelajaran tersebut diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas.
  3. Pembelajaran tersebut bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa.
  4. Pembelajaran tersebut disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran.
  5. Jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka.
  6. Jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri.
Sejarah Linguistik Terapan
Istilah linguistik terapan mengacu pada berbagai kegiatan yang melibatkan beberapa hal yang terkait dengan pemecahan masalah bahasa atau menangani beberapa kekhawatiran terkait bahasa. Ia seolah-olah diterapkan linguistik, setidaknya di Amerika Utara, pertama secara resmi diakui sebagai kursus independen di University of Michigan pada tahun 1946.
Selama akhir 1950-an dan awal 1960-an, penggunaan istilah ini secara bertahap diperluas dengan memasukkan apa yang kemudian dirujuk ke terjemahan otomatis. Pada tahun 1964 setelah dua tahun bekerja persiapan dibiayai oleh Dewan Eropa, Association Internationale de Linguistique Appliquée (Asosiasi Internasional Linguistik Terapan biasanya disebut oleh Perancis AILA singkatan) didirikan dan kongres internasional pertama yang diadakan di Nancy, Perancis.
Makalah untuk kongres itu diminta dalam dua alur pengajaran bahasa asing yang berbeda dan terjemahan otomatis. Selama bertahun-tahun, dengan fokus perhatian terus memperluas. pengurus AILA menggambarkan diterapkan linguistik “sebagai sarana untuk membantu memecahkan masalah-masalah tertentu dalam masyarakat.
Linguistik diterapkan berfokus pada berbagai daerah dan kompleks dalam masyarakat di mana bahasa memainkan peran Tampaknya terdapat konsensus bahwa tujuannya adalah untuk menerapkan temuan dan teknik dari penelitian dalam linguistik dan disiplin terkait untuk memecahkan masalah praktis.
Selain pengajaran bahasa asing dan terjemahan mesin, sampling sebagian isu-isu yang dianggap penting bagi bidang linguistik diterapkan saat ini termasuk topik-topik seperti bahasa untuk tujuan khusus (misalnya bahasa dan masalah komunikasi yang berkaitan dengan penerbangan, gangguan bahasa, hukum, kedokteran, ilmu ), kebijakan dan perencanaan bahasa, dan bahasa dan masalah keaksaraan.
Di Britania Raya, sekolah pertama linguistik diterapkan diperkirakan telah dibuka di tahun 1957 di Universitas Edinburgh dengan Ian Catford sebagai Kepala. Di Amerika Serikat, sebuah organisasi pendidikan nirlaba, yang Pusat Linguistik Terapan (CAL), didirikan pada tahun 1959 dengan Charles Ferguson sebagai Direktur yang pertama.
CAL misi tetap untuk ‘mempromosikan studi bahasa dan untuk membantu orang dalam mencapai pendidikan, pekerjaan, dan sosial tujuan mereka melalui komunikasi yang lebih efektif’. Organisasi melakukan misinya dengan mengumpulkan dan menyebarkan informasi melalui berbagai tempat transaksi yang sudah beroperasi, dengan melakukan penelitian praktis, dengan mengembangkan materi praktis dan pelatihan individu seperti guru, administrator, atau spesialis sumber daya manusia untuk menggunakan ini untuk mengurangi hambatan yang membatasi kemahiran bahasa dapat berpose untuk budaya dan bahasa beragam individu ketika mereka mencari dan efektif partisipasi penuh dalam pendidikan atau peluang kerja.
Sedangkan sejarah Linguistik Terapan di Indonesia, hingga saat ini studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan cukup semarak.
Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif.
Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern. Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI).
Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Ramelan menjelaskan tentang kegunaan linguistik terhadap pengajaran bahasa, antara lain:
1)      Memberi pijakan tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing, termasuk didalamnya pendekatan, metode dan teknik.
2)      Memberi arahan atau pijakan mengenai isi/materi bahasa yang akan diajarkan yang didasarkan pada diskripsi bahasa yang mendetail, termasuk cara mempresentasikan.
Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika para linguis struktural percaya akan sumbangan linguistik terhadap pengajaran bahasa, maka linguis transformsional tidak pernah mengklaim demikian.
Menurut yang terakhir, linguistik adalah suatu ilmu yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori mereka tentang bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa.
Ini mungkin tidak dapat dilepaskan dari sikap Chomsky sendiri (tokoh transformasional), bahkan dia pernah menyatakan dalam suatu konferensi guru-guru bahasa, bahwa seorang linguis tidak pernah bermaksud menyibukkan dirinya dalam persoalan-persoalan pengajaran bahasa (linguists never intended to address themselves to thee problem of teaching a language).
Meskipun demikian, banyak penganut tranformasional yang percaya bahwa aspek kreatif bahasa yang ada pada diri seseorang (salah satu tinjauan aliran ini) dapat diterapkan pada pengajaran bahasa, misalnya dengan melatih siswa untuk menciptakan dan menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang sedang mereka pelajari.
Sementara kesepakatan linguis struktural tentang peranan linguistik terhadap pengajaran bahasa, juga tidak terlepas dari sikap Bloomfield. Disamping dia seorang linguis, dia juga seorang yang ahli di bidang pengajaran bahasa.
Hal ini ditunjukkan dari perhatiannya yang besar terhadap pengajaran bahasa-bahasa modern. Bahkan dia sangat mengkritik penggunaan metode tata bahasa terjemahan (grammar-translation method). Menurutnya tujuan utama pengajaran bahasa asing harus didasarkan pada penguasaan oral bahasa tersebut. Dari sini lahir suatu pendekatan yang terkenal dengan “Oral-Aural Approach”.

Linguistik adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan. Dibicarakan subdisiplin Linguistik itu secara garis besar dari segi :
a. Pembidangannya
b. Sifat Telaahnya
c. Pendekatan Objeknya
d. Instrumen
e. Ilmu-ilmu lain
f. Penerapannya
g. Aliran dari teori yang mendasarinya.
Jenis-Jenis Linguistik.
a) Jenis-Jenis linguistik berdasarkan pembidangannya.
1. Linguistik umum / general linguistics.
>>Adalah ling yang merumuskan secara umum semua bahasa manusia yang bersifat alamiah.
2. Linguistik terapan (Applied Linguistik).
>>Adalah ditujukan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis , seperti dalam pengajaran bahasa, terjemahan, penyusunan kamus, dan sebagainya.
    3. Linguistik teoritis.
>>Adalah hanya ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori linguistik belaka.

b) Jenis-jenis linguistik berdasarkan telaahnya.
1. Linguistik Mikro.
>>Adalah struktur internal bahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi, morpologi, sintaksis dan leksikon.
2. Linguistik Makro.
>>Adalah bahasa dalam hubungannya dengan factor-faktor di luar bahasa, seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolilinguistik dan dialektologi.

c) Jenis-jenis linguistik berdasarkanpendekatan objek.
1. Linguistik Deskriptif.
>>Adalah linguistik yang hanya menggambarkan bahasa apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
2. Linguistik Perbandingan.
>>Adalah jenis linguistic yang membedakan 2 bahasa atau lebih pada waktu yang berbeda.
3. Linguistik Kontrastif.
>>Adalah jenis linguistic yang membedakan 2 bahasa atau lebih pada waktu tertentu.
4. Linguistik Singkronis.
>>Adalah jenis linguistic yang mempelajari 1 bahasa pada satu waktu.
5. Linguistik Diakronis.
>>Adalah jenis linguistic yang mempelajari 1 bahasa pada satu waktu yang berbeda.

d) Jenis-jenis linguistik adanyadisebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik.
1. Linguistik Sejarah
>>Adalah mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah bahasa, baik dengan diperbandingkan maupun tidak.
2. Sejarah Linguistik.
>>Adalah mengkaji perkembangan ilmu linguistic, baik mengenai tokoh-tokohnya, aliran-alirannya, maupun hasil-hasil kerjanya.

What are Linguistics and Applied Linguistics about?

Anyone can study Linguistics and Applied Linguistics. It is not necessary to know a language other than English, or to be good at learning languages, to do well in Linguistics and Applied Linguistics. The field offers rigorous intellectual training which stands one in good stead wherever clear, independent, creative thinking is valued. Applied Linguistics will be of particular interest to those studying second or foreign languages, and to anybody seriously interested in practical issues to do with communication in social contexts. It is also a useful general preparation for a career in second or foreign language teaching, including teaching English as a Foreign Language (TEFL) or as a Second Language (TESL).
Linguistics and Applied Linguistics is inherently a multi-disciplinary study, drawing on methodologies and theories from many fields, including archaeology, psychology, anthropology, history, literature, philosophy, sociology, social theory, education, the mathematical sciences and computer science. Thus it has contributions to make to a range of study and professional practice areas.




PEMEROLEHAN BAHASA  (LANGUAGE ACQUISITION)
Pemerolehan bahasa (bahasa Inggris: language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.

 
A.    HAKEKAT PEMEROLEHAN BAHASA (LANGUAGE ACQUISITION )
 

       Istilah pemerolehan bahasa atau language acquisition biasanya diikuti oleh kata pertama atau kedua , sehingga kita kenal istilah pemerolehan bahasa pertama (PB1) atau first language acqisition dan pemerolehan bahasa kedua (PB2) atau second language acquisition . Pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan segala aktivitas seseorang dalam menguasai bahasa ibunya. Jalur kegiatannya dapat melalui pendidikan informal dan pendidikan formal. Pemerolehan bahasa kedua berlangsung setelah seseorang menguasai atau mempelajari bahasa pertama. Jalur kegiatannya dapat melalui pendidikan informal dan pendidikan formal. Istilah pendidikan informal itu, dalam bukunya Henry Guntur Tarigan (1995:4), biasa juga disebut “learning a language at home ” (Harding & Riley, 1986:21) atau “untutored or naturalistic acquisition ” (Ellis, 1987:5); sedangkan pendidikan formal disebut oleh pakar ersebut sebagai “learning a language at school ” atau “tutored or classroom acquisition ”. Henry Guntur Tarigan menyebut pendidikan informal itu sebagai pengajaran bahasa secara alamiah dan pendidikan formal sebagai pengajaran bahasa secara ilmiah . Dulay [et al], (1981:11) dalam bukunya Henry Guntur Tarigan (1995:5) berpendapat bahwa pengajaran bahasa secara alamiah sama dengan pengajaran bahasa secara ilmiah. Demikian pula menurut Ellis dalam buku yang sama bahwa kedua istilah itu dapat dipertukarkan dengan pengertian yang ku rang lebih sama. Para pakar tersebut sependapat bahwa pengajaran bahasa secara alamiah disebut pemerolehan bahasa (language acquisition) dan pengajaran bahasa secara ilmiah disebut pemelajaran bahasa (language learning). Mereka yang beranggapan bahwa pengajaran bahasa secara informal tidak sama dengan pengajaran bahasa secara formal memberikan argumentasi sebagai berikut: belajar bahasa secara informal itu tidak berencana, kebetulan, tidak disengaja, dan tidak disadari; sedangkan belajar bahasa secara formal berdasarkan perencanaan yang matang, disengaja, dan di disadari. Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa (language acquisition) diperoleh melalui pendidika n informal yaitu pedidikan yang didapat dirumah atau dipelajari secara alamiah dengan tidak direncanakan dan tidak disengaja bisa dengan sendirinya dengan tidak disadari. Sementara pemelajaran bahasa didapat dengan melalui pendidikan formal tentunya dengan cara direncanakan dan disengaja dan juga disadari. 
 B. PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA (FIRST LANGUAGE ACQUISITION ) 
        Seperti apa yang telah diuraikan diatas bahwa pemerolehan bahasa pertama diperoleh melalui aktivitas seseorang dalam menguasai bahasa ibunya. Dimana jalur kegiatannya bisa didapat melalui pendidikan informal dan pendidikan formal. Dibawah ini dibahas tentang teori-teori dan juga pendekatan-pendekatan pada pemerolehan bahasa pertama (first language acquisition) yang diambil dari Brown (1980) dalam bukunya yang berjudul “Principles of Language Learning and Teaching”. 1. Teori Behavioristik (Behavioristc Theories ) Pada teori ini bahwa bahasa adalah bagian yang fundamental pada segenap sikap manusia dan ahli si kap telah menguji bahwa eori ini digunakan untuk memformulasikan teori-teori pemerolehan bahasa yang konsisten. Pendekatan behavioristik berfokus pada aspek-aspek perilaku linguistik yang dapat dimengerti atau direspon yang bisa diamati secara umum dan hubungan respon-respon tersebut dengan peristiwa yang ada didunia yang melingkupinya. Salah satu upaya yang sangat terkenal pada konstruksi sebuah model behavioristik pada behavior linguistik adalah “Verbal Behavior” oleh klasiknya Skinner (1957) yang dengan eksperimennya yaitu binatang didalam “Skinner’s boxes” atau boks-boks Skinner. Teori Skinner pada verbal behaviour merupakan perluasan dari teori umumnya pada teori belajar “Operant Conditioning”, yaitu pengkondisian organisme manusia untuk memancarkan sebuah respon, atau operant. 2. Teori Generatif Bertolak pada rangkaian teoritis kita menjumpai teori-teori pada bahasa anak, dengan pendekatan rasionalistiknya. Ada dua tipe teori generatif yang menandai pada penelitian bahasa anak, dan keduanya memberikan rankaian yang sama. Tipe pertama adalah pendekatan nativis (nativeist approach) dimana dalam pendekatan ini bahwa pemerolehan bahasa ditentukan melalui bawaan sejak lahir (innate) dengan berjenis alat yang membangun yang merupakan konstruksi sistem terdalam dari bahasa untuk memberi kecenderungan memperoleh bahasa, termasuk persepsi sistematis bahasa sekitar kita. dan yang kedua adalah yang disebut pendekatan kognitif (cognitive approach) dimana pada pendekatan ini yang menurut Brown (1980:25) bahwa pendekata n kognitif lebih menekankan pada tingkatan terdalam dari bahasa dimana memori, persepsi, pikiran, makna dan emosi secara saling bergantung dan tersusun dalam superstruktur otak manusia. Para ahli bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi perkembangan umum suatu aspek kemampuan kognitif dan afektif untuk berhubungan dengan dunia dan diri sendiri.[1]
 C. BAGAIMANA ANAK-ANAK MEMPEROLEH BAHASA PERTAMA
 
         Ketika baru dilahirkan, bayi tidak bisa bicara atau terdiam. Kata “infant” berasal dari kata Latin yang artinya “Tanpa bahasa.” Pelan-pelan bayi itu berkembang dari l uca pan yang tidak mempunyai arti sampai pada satu atau dua ucapan kata dan akhirnya pada ucapan dalam bentuk kalimat yang lengkap sesuai dengan stuktur bahasa. Pada usia empat atau lima tahun, semua anak-anak diseluruh dunia mempunyai perintah (commands) pada bahasa utamanya. Secara neurologi anak sudah dilengkapi dengan kemampuan berbahasa. Seorang anak sudah memperoleh bahasanya, sesuai dengan bahasa yang dipakai di lingkungannya. Chomsky (1972, 1975, 1979) berpendapat bahwa pemerolehan bahasa adalah proses pendewasaan. Menurutnya seorang anak sudah dibekali dengan kemampuan berbahasa di dalam otaknya, karena otak kita sudah mempunyai susunan bahasa yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan manusia. Sebaliknya, Skinner berpendapat bahwa proses pemerolehan bahsa diawali dengan proses meniru sebagaimana bayi meniru apa yang diucapkan ibunya. Para behavioris sependapat dengan hal ini dan percaya bahasa harus diperoleh dengan proses belajar. Para ahli psikologi berpendapat bahwa memperoleh bahasa tidak cukup dengan reinforcement (penguasaan tata bahasa) tetapi harus diikuti dengan penguatan pemahaman. Seorang anak yang sudah menguasai bahasanya tidak hanyabisa mengungkapkan apa yang dilihat di sekitarnya sekarang, tetapi mereka juga bisa mengungkapkan hal-hal yang berada di tempat lain dan hal-hal yang ada dalam imajinasi mereka. Hal ini karena bahasa dan pikiran mereka saling berhubungan. Bahasa berpengaruh terhadap pikiran, melalui penguasaan kosakata yang kita pelajari akan menentukan kategori yang kita gunakan untuk mengerti jalan pikiran kita tentang waktu, tuang, dan permasalahan karena tata bahasa memberikan pengertian yang berbeda-beda. 
D. LANGKAH-LANGKAH PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA 
 
      Meskipun perbedaan yang luas didalam budaya, anak-anak di setiap masyarakat nampaknya memperoleh bahasa dengan cara yang sama (Brown and Fraser, 1963; Bloom, 1970; Brown and Hanlon, 1970; Brown, 1973)[2] . Meskipun seorang anak mungkin mulai menggunakan kata-kata lebih awal dari pada yang lain untuk bicara lebih lancar. Semua anak normal menguasai kaedah-kaedah dasar bahasa apa saja yang mereka dengar. f Prespeech Communication Dari minggu-minggu awal, suara bayi akan menarik perhatian yang lain dan meskipun mereka tidak bermaksud untuk berkomunkasi, suaranya berhasil didalam memberi informasi kepada orangtuanya tentang keperluan yang dia inginkan. Ada tiga pola menangis yang dimiliki oleh masing-masing bayi; pola ritme dasar (the basic rhythmical pattern) yang sering disebut sebagai menangis karena lapar (the hunger cry); menangis karena marah (the anger cry) dan menagis karena kesakitan (the pain cry). Seorang ibu dengan cepat belajar untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan tersebut pada bunyi yang maknanya menangis dan memberi tanggapan kepadanya dengan semestinya. Misalnya, memberi tanggapan pada tangisan rasa sakit, dia segera menuju ke ruangan bayi (Wolff, 1969) Suara-suara lain segera nampak menjelang usia tiga bulan, bayi tersebut mulai merengek pada usia lima atau enam bulan. Mereka mulai babbling (ngoceh), mengucapkan kata-kata terus menerus dengan menggunakan suku katanya yang sama. Tidak lama setelah enam bulan bayi yang bisu berhenti babbling dimungkinkan karena tidak pernah dirangsang oleh pendengaran ucapan manusia. Dalam ucapan awal, bayi membuat suara-suara dari semua bahasa, ucapan mbabling bayi dari China tidak bisa dibedakan dari ucapan babbling bayi dari Amerika. Lama kelamaam anak-anak mengembangkan pengendalian melalui suara yang mereka buat dan mulai meniru suara yang dibuat oleh yang lain. Bayi tidak terbatas pada pengucapan/suara, tapi juga menggunakan gerak tubuh (gesture) untuk berkomunikasi. Pada usia sepuluh bulan, bayi mulai mencari bantuan dari orang dewasa, mencari mainan yag diluar jangkauannya, melihat lagi ke orang dewasa dan membuat babbling yang teratur yang semakin keras jika orang dewasa yang ada didekatnya tidak menanggapinya. First words Sekitar tahun-tahun petamanya, anak-anak mengerti nama-nama untuk beberapa orang-orang atau benda-benda, dan banya yang telah memproduksi kata-kata pertamanya. Umumnya, kata-kata tersebut merupakan nama-nama benda-benda yang layak dibicarakan dan mempunyai nama (Nelson and Nelson, 1978). Kata-kata pertama yang menunjukkan dengan cepat bisa disentuh dan bisa dilihat; bahasa anak belum mengenal salah penempatan pada kata-kata. pada tahap kata tunggal, bayi sering menggunakan sebuah kata untuk banyak tujuan, mengutamakan pada intonasi untuk mendapatkan arti. Misalnya, seorang bayi yang telah belajar kata “door” dapat, dengan menggunakan informasi, membuat sebuah pernyataan (“That’s a door”); menanyakan sebuah pertanyaan (“Is that a door?”) ;atau menyatakan sebuah tuntutan (“Open the door!”) (Menyuk and Bernholtz, 1969). Pengucapan kata-kata tunggal tersebut hanya bisa dimengerti melalui konteks. Jika anak kecil yang baru belajar berjalan ingin mencapai tombol pintu, dia lebih aman ntuk menekankan pada kata “Door!” yang maksudnya “Open the door!” Namun demikian, keberhasilan dari ucapan kata-kata tunggal tersebut tergantung pada kemampuan dari orang-orang lain untuk menggunakan konteks, intonasi, dan gerak tubuh (gestures) untuk menginterpretasikan keinginan pragmatis anak. Kepemilikan kosakata dasar tidak sama seperti pemerolehan bahasa. Bahasa memerlukan kata-kata untuk digabung menurut aturan-aturan tertentu, tapi Tatabahasa (Grammar) tidak bisa mendekat sampai anak telah sampai pada sebuah level tertentu pada pemahaman. Akan tetapi, hanya dengan merangkak mempersiapkan bayi untuk berjalan, pengucapan satu kata mempersiapkan mereka untuk bicara dengan cara seperti pada manusia seutuhnya. First Sentences Pada masa anak-anak mencapai usia dua tahun, mereka mulai menggunakan dua kata bersama-sama, tidak ada jedah (pause) antara kata dan intonasi yang turun yang menyeluruh pada segenap pengucapannya. Mereka sekarang bicara dalam bentuk kalimat, dan kemampuan ini menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan didalam daya ingat yang singkat; sekarang mereka bisa merencanakan dan memproduksi sebuah pernyataan sebelum kata pertama dilupakan. Pada tahap dua-kata ini, pola dasar pada tata bahasa (grammar) ini telah nampak didalam ucapan anak-anak. Anak-anak tidak sekedar hanya menjalankan ucapannya, namun mereka mengikuti aturan sintaksisnya mengenai susunan katanya (word order) yang didalam bahasa Inggris akan menentukan urutan Subject-verb-object untuk menunjukkan arti. Sehingga anak pada usia dua tahun akan mengucapkan “eat cake” (verb-object” tapi bukan “cake eat” (object-verb) (Brown, 1973). Acquiring complex Rules Seperti pada ucapan satu kata, kalimat dua kata sesungguhbya tidak mungkin untuk diinterpretasikan pada konteks. Misalnya, “Mommy shoe” bisa berarti “This is Mommy’s shoe” atau “ Mommy is wearing her shoe” atau “There’s mud on Mommy’s shoe“ atau “Mommy, Put on your shoe!” Meskipun apa yang telah kita lihat, konteks merupakan sangat penting didalam percakapan orang dewasa, bahasa anak-anak menjadi kurang kontekstual seperti kalimat-kalimat yang panjang dan mereka mulai menggunakan kata depan (preposition), konjungsi (conjunction), infleksi kata kerja (verb inflection) dan yag lainnya. Seperti mereka menguasai aturan tatabahasa yang compleks, anak-anak bisa berkomunikasi tentang apa yang terjadi kemarin dan apa yang mungkin akan terjadi besok. Didalam menguasai aturan tatabahasa, anak-anak mungkin akan melalui beberapa strategi. Didalam belajarnya (Bever, 1970), anak-anak yag berumur dua, tiga dan empat tahun menggunakan sebuah mainan seperti mainan kuda-kudaan dan mainan sapi-sapian untuk memperagakan kalimat-kalimat berikut ini; The cow kisses the horse. It’s the cow that kisses the horse. It’s the horse that the cow kisses. The horse is kissed by the cow. Anak-anak umur dua tahun memperagakan ketiga kalimat pertama diatas dengan benar, tapi pada kalimat 4, mereka seperti mengucapkan kuda mencium sapi (The horse kisses the cow) yang seharusnya sapi yang mencium kuda (The cow kisses the horse) . Menurut sipeneliti, anak umur dua tahun menduga bahwa ketika kata benda diikuti oleh kata kerja, kata benda itu adalah sebagai pelakunya. Tapi jika kata-kata lain memotong urutannya, seperti pada kalimat 4, anak umur dua tahun dengan sederhana akan menebak. Anak umur empat thaun juga memperagakan dua kalimat pertama dengan benar, tapi didalam kalimat 4 mereka membalikan interpretasinya, dengan konsisten akan mengatakan bahwa kuda mencium sapi. Mereka juga menentukan kuda sebagai pelakunya didalam kalimat 3, dimana anak umur dua tahun mengintepretasikan dengan benar. Menurut sipeneliti, bahwa anak pada usia empat tahun mengadopsi strategi yang berbeda. Mereka mendengar kata benda pertama didalam sebuah kalimat sebagai pelaku dan kata benda yang mengikutinya kata kerja sebagai objek dari sasaran pelaku. Strategi semacam ini akan mengarahkan mereka salah dalam menginterpretasikan kalimat seperti pada  kalimat 3 dan 4. 



       Terimakasih sudah membaca isi blog saayaa . maaf jika ada kekurangan dan saya berharap lah comment dari yang membaca dan Terima kasih banyak kepada BAPAK BUDIANTO HAMMUDIN, M.Esl yang telah membibing saya .